TERBAKAR
Masih ingat denganku?
Harapan yang pernah kamu jadikan doa utama sebelum terlelap. Aku ini angan sekaligus ingin yang pernah menjadi nomor satu favoritmu. Aku ini ambisi yang meluap liar hingga rela merusak diriku sendiri hanya untuk menyenangkanmu.
Lalu, apa lagi yang kamu tuntut kalau kita bersama sudah hancur lebur? Bahkan badanku sendiri sudah babak belur.
Culas!
Semua yang kita jalani dan lakukan bersama rupanya adalah sekumpulan caramu untuk membakar rencana-rencana yang sudah dirancang dengan baik. Lalu semua diputarbalikkan seakan-akan hanya aku yang bersalah, sementara kamu tidak pernah mau kalah.
Namun, syukurlah itu semua berantakan...
12 tahun berlalu, bukan waktu yang singkat. Kita lalui 12 tahun bersama dan aku semakin tahu, kamu adalah api yang semakin membakarku perlahan. Menggerogoti impian dan harapan pelan-pelan hingga pasrah yang tersisa.
Kita sudah terbakar selama itu. Apa kamu selalu nyaman dengan panasnya?
Atau memang ini yang kamu inginkan sedari awal?
Kita sudah terbakar hangus dengan suhu di atas 150 derajat celsius. Bahkan sekujur tubuhku sudah mengalami Luka Bakar Derajat IV. Kulitku sekarang berwarna abu-abu dan pucat. Kamu mungkin melihat sebagian tulangku dan jaringan ototku terbuka.
Sementara tanganmu mengalami Luka Bakar Derajat 2. Hanya melepuh sedikit serta bengkak. Kamu menggerutu kesakitan, namun tetap erat menahanku merasakan panasnya yang tak kunjung mereda.
HEI LEPASKAAAAAAAN!
KITA SUDAH TERBAKAR!
AKU TIDAK MAU TERBAKAR TERUS-TERUSAN!
INI MENYAKITKAN!
KUBILANG LEPASKAAAAAANNNN!
TOLOOOONGGGGG!
Simpuh.
Aku memohon untuk dilepaskan, dilewatkan, diabaikan, diacuhkan sebab bukan begini caranya hidup berpasangan.
12 tahun sudah terlampaui, dengan luka bakar masing-masing. Kukira banyak hal yang bisa jadi pertimbangan lagi untuk selanjutnya.
12 tahun waktu yang cukup panjang untuk kita terbakar, hangus dan menjadi debu. Lalu diterbangkan oleh angin, kemanapun itu tujuannya, asal tidak bertemu denganmu lagi.
Karena aku sudah selesai, pun kamu sudah cukup menjadi pelajaran saja bukan pasangan jangka panjang apalagi untuk seumur hidup. Sebab jantungku pun sudah kamu koyak hebat sampai detaknya kini menjadi berantakan dan tak karuan.
12 tahun kini, luka bakarku sudah proses pulih. Tulang dan jaringan otot yang dulunya menganga sudah tertutup oleh kulit dan jaringan epidermis yang meregenerasi sendiri. Lalu jantungku kini bagaimana? Perlahan jantungku mulai mampu berdetak sesuai ritme yang semestinya meskipun masih terasa sesak dan terbakar.
Lukanya memang bisa sembuh, tapi bekasnya akan selalu ada dan menjadi tanda kalau aku pernah selamat dari jeratan api yang isinya penuh dengan jeritan.
Kuharap, api selanjutnya nanti yang aku temui adalah yang mampu menghangatkan segala macam kondisi, bukannya yang menghanguskan berbagai macam situasi.
Comments
Post a Comment