Sekeranjang Doa-doa Manis Untukmu yang Tersayang

Pukul empat sore dengan ditemani hujan yang turun cukup deras. Bulir-bulirnya membasahi tanah bergantian dengan ritme yang tidak menentu.

Aku merasa cukup cemas, karena semakin lama, hujannya semakin deras. Padahal belum juga jas hujan yang baru aku jemur kemarin siang kering sepenuhnya.

Belakangan ini hujan cukup sering datang, mulai dari gerimis kecil hingga petir menggelegar juga ikut datang menyambar. Kembali aku lihat kalender di ponselku, ternyata kini sudah Desember.


“Ahh..pantas saja hujan sering turun, kan memang sudah masuk musim penghujan.” Keluhku sambil melamun di toko kopi sederhana sembari menunggu hujan reda.


Lalu aku renungkan kembali, Desember artinya sudah berada di pengujung tahun. Setelah ini selesai, dan kembali lagi memulai tahun yang baru.

Aku mengambil buku catatanku sambil menulis doa-doa yang kurapalkan untuk kamu yang tersayang, yang kadangkala juga terlupakan. Adalah untuk aku, diriku sendiri.

Apresiasi tertinggi untuk kamu yang sudah melewati tahun ini meski tidak mulus dan dengan berdarah-darah, tapi mampu bertahan hingga sekarang.

Kedepannya nanti, semoga kamu tidak kehilangan dirimu sendiri lagi, ya. Kamu pernah benar-benar lupa kalau dirimu sendiri sangat bernilai. Dengan sadarnya, kamu abaikan bahkan lupakan seakan kamu tidak layak untuk menerima segala macam hal baik di dunia.

Ingat, kamu berharga bahkan jika orang lain merendahkanmu, tetap kamu akan selalu punya tempat yang tidak akan pernah menolakmu. Misalnya, di pelukan ibumu.

Terlebih lagi, semoga kamu sadar dan tahu kalau memang tidak ada yang permanen di hidupmu. Bahkan bahagia yang kamu idam-idamkan hanya ilusi kesenangan sementara saja.

Kamu tidak bahagia, maka jangan paksakan apapun atau siapapun lagi untuk menetap jika memang sudah tidak bisa. Ikhlas, dan tetap melangkah maju.

Hei, satu lagi doa yang ingin aku rapalkan hebat untukmu. Semoga berhenti bukan jadi caramu mengakhiri yang sudah dimulai, termasuk hidupmu. Kamu tahu, sepanjang tahun ini sudah berapa luka yang menghantammu tepat di titik yang membuatmu terjatuh.


Bahkan bernapas untuk hari esok bukanlah suatu yang kamu inginkan.


Kamu sudah banyak kalahnya dan itu gapapa. Kamu sudah mengalami kehilangan hebat saat bapakmu tiada. Kamu sudah biasa melewatinya. Sekali lagi, hidup yang tidak dipertaruhkan itu tidak akan pernah dimenangkan. Jadi, jangan gentar untuk menghadapi segala macam rintangan kedepannya nanti.

Dengarkan aku, kamu hanya cukup bertahan lebih lama lagi dari sebelumnya, karena semua pada akhirnya akan berlalu. Hidupmu adalah harapan bagi orang lain.

Coba lihat ibumu saat kamu tersiksa dan menderita hebat. Dia datang memelukmu erat dengan pelukan paling hangat yang belum pernah kamu terima sebelumnya dan selalu menerimamu apapun goresan yang telah kamu limpahkan padanya.

Aku doakan kamu dan canggih tubuhmu akan selalu mampu menghadapi apapun nanti di depan sana. Tidak perlu risau, karena kamu sudah hebat sekali bisa sampai di titik ini.



Bertahanlah dan berbahagia, semoga...

Comments

Popular Posts