Lonjakan Ingatan
Aku tidak menemukanmu di musim berikutnya. Pergi ke mana kamu? Apa sudah menemukan tempat tinggal yang baru?
Sore ini sambil duduk-duduk di
teras kedai kopi langganan kita, aku teringat obrolan panjang terakhir kita di
malam itu diselingi dengan suara tawamu yang menggemaskan lalu diakhiri oleh
tangis dari kita berdua
Pipi kita basah, air mata mengalir
deras, degub jantung berdetak tak beraturan. Ada hubungan yang harus diakhiri
meski mencoba melawan terus-menerus malah semakin menyakitkan bersama.
Ini sudah lewat hampir 3 tahun saat
cerita kita tak lagi bersambung. Banyak hal yang ingin aku ceritakan tentang
hidupku saat ini kepadamu
Tidurku sekarang sudah tak takut
lagi dengan gelap, malahan aku sudah terbiasa tidur dengan kondisi kamar tanpa
penerangan. Kadang-kadang pas makan soto sudah aku tambahkan sedikit kecap
sebagai pelengkap, karena katamu rasa harus seimbang. Ada manis, gurih, asin,
dan banyak rasa yang menjadikan sotonya jadi tambah enak
Meskipun sampai sekarang aku masih
belum sepakat kalau makan bakso akan tambah enak rasanya jika ditambah kecap. Bakso
tetap akan aneh rasanya jika ditambah kecap. Ini valid, sih. Lucu ya, banyak
hal yang sudah terlewati begitu saja tanpa aku sadari
Hidupmu sekarang bagaimana?
Berjalan baik semua saja kan? Kamu
masih suka tiba-tiba tidur kalau sedang dibonceng kah?
Ingat tidak? Sampai waktu itu kamu
pernah bawa selendang yang diikatkan melekat di badanku untuk antisipasi kalau
saja kamu tertidur saat dibonceng. Kamu memang gampang sekali untuk tertidur,
bahkan tertiup angin jalanan bisa membuat kelopak matamu mulai berat untuk
tetap terjaga
Malam itu memang kita sudah sepakat
untuk tidak lagi bersama. Menghapus satu per satu memori yang sudah terekam
baik di dalam isi kepala. Karena tidak bisa memaksa lagi kondisi yang tak mampu
terus bersama. Aku yang setiap hari menyalahkan diri sendiri karena tak mampu
ada untukmu perihal jarak yang terbentang jauh, dan kamu yang semakin hari
semakin tidak melekat perihal perasaan yang samar-samar memudar
"Gapapa, hidup harus tetap
berjalan, kan?" katamu saat itu sambil terbata-bata karena tangismu yang
tak kunjung reda
Sementara aku hanya membisu,
mulutku terkunci rapat tak mampu berucap apapun. Kepalaku mengangguk kecil
seolah mengiyakan pertanyaan yang kamu lontarkan. Dalam isi kepala terputar
banyak harapan indah bersama yang semu seakan keadaan bisa berubah membaik dalam
sekejap.
Namun yasudah…
Berkatmu kini aku menjalani hidup
dengan lebih berani. Bertemu denganmu membentukku menjadi seorang yang lebih
percaya dengan diriku sendiri
Dari jauh sini aku doakan kamu pun dengan
hidupmu berjalan baik-baik saja, karena aku percaya kamu selalu bisa dan mampu
mengatasi kebingungan di persimpangan yang akan kamu lewati
Terima kasih sudah pernah ada dan
menjadi pemantik saat hidup sedang payah-payahnya
Kamu dan segala macam yang terlibat
dalam hidupmu selalu ceria dan bahagia, semoga…
Comments
Post a Comment