Cinta tak Selalu se-MANIS kata Orang


Malam ini, ya tepat malam ini aku benar benar merasakan bagaimana rasanya "jatuh". Apa kalian pernah ngerasain penolakan? Ya aku pernah, dan ini yang pertama. Rasanya aneh, tidak berdarah, tapi rasanya sakit. Tidak memar, tapi rasanya masih membekas. Tapi tetap saja rasanya sakit, berpura pura kuat hanya akan menambah sakit.
Ini tidak masuk akal. Semua yang udah ada di pikiran aku selama ini lenyap begitu saja. Bayangan tentang kebahagiaan yang semu itu akhirnya juga ikut hilang. Dan yang tersisa hanya angan angan.
Mungkin ini titik awal menuju kedewasaan untuk lebih mengerti tentang realita dan tidak melulu mengandalkan harapan yang masih samar samar. Aku mulai sedikit mengerti tentang apa itu "kesakitan". Ini mungkin terlalu awal untuk mengatakan aku mengerti segalanya, tapi paling tidak untuk kedepannya kesalahan yang sama tidak akan terulang lagi untuk yang kedua kalinya. Terlalu percaya diri juga terkadang bisa mengkhianitimu. Seakan akan kalian udah yakin dengan semua yang lakuin, tapi hasilnya nihil. Jadi, jaga kepercayaan diri kalian baik baik.
Malam semakin larut, dan aku semakin banyak belajar. Aku sadar kalo "cinta itu buta" hanya opini. Kalo "cinta itu tidak harus memiliki" hanyalah penderitaan. Kalo "cinta itu butuh pengorbanan" hanya merugikan, karena belum tentu semua pengorbanan yang kalian berikan bisa terbalaskan begitu saja. Lucunya antara logika dan perasaan terus beradu. Ataukah "cinta yang sebenarnya itu logis?" Aku sendiri masih memikirkannya sampai saat ini. Mataku mulai sayup sayup sembari menulis tulisan ini. Tapi aku masih belum ingin mengakhiri ini terlalu pendek. Masih banyak yang masih belum tersirat dengan jelas. Semua isi dalam otakku campur aduk. Semua ini hanya karna dia, "bintang" yang selama ini aku kagumi. Memang pantas dia disebut bintang, karena aku hanya bisa menikmati indahnya saja, tanpa bisa memiliki seutuhnya.

Paling tidak sedikit rasa penasaran itu terbayarkan. Paling tidak aku tidak harus selalu menerka nerka tentang jawabannya. Paling tidak aku tahu alasannya kalo dia masih belum bisa menerima. Yap, sudah tengah malam dan jari aku masih belum bisa berhenti. Masih ingin terus merangkai kata demi kata untuk menenangkan malam ini.
Aku selalu tersenyum dengan setiap jawaban "InsyaAllah" nya, dan aku masih tunggu sampai sekarang. Ya walaupun semua itu dianggap remeh dengannya begitu saja. Sekilas menurutnya biasa saja, tapi mungkin saja berbeda dari sudut pandang yang aku lihat. Perbedaan yang katanya indah, mungkin itu juga bisa menjadi salah satu alasannya mengabaikan setiap perhatian yang aku berikan.
Ini mungkin baris terakhir untuk malam yang kacau ini. Di malam ini kegelisahan aku terbayarkan, tanpa penyeselan sama sekali karena bisa mengenalnya, tapi dengan sedikit kekecewaan aku tegaskan kalau cinta tak selalu semanis kata orang. 

Terkadang bisa saja cinta yang lagi kalian rasakan saat ini bisa aja awal dari kesakitan. Sama seperti yang pernah aku katakan sebelumnya tentang sakit hati itu abstrak, nikmati saja cintamu entah itu manis atau pahit, sama seperti saat kalian sedang meminum kopi. Mungkin rasanya memang pahit, tapi tetap saja pahitnya kopi masih bisa dinikmati.


Comments

Popular Posts